Minggu, 09 April 2017

Resume Teori Public Relation

Nama   : Inas Maulana Cahya Werdhi
NIM    : 155120207111015
Kelas   : A.KOM 4
                                                                                    Resume

Berikut adalah resume mengenai teori-teori public relations, yaitu Teori Sistem, Boundary Spanning, Relationship Management Theory, Matematichal of information, Uncertainty reduction, Excellence Theory in PR, stakeholder theory, Situasional theory of the publics, Motivasion & style of management, structuration.


TEORI SISTEM
            Sistem merupakan dasar kehidupan manusia, teori ini memfokuskan perhatian  untuk memahami bagaimana kualitas fungsi yang dijalankan setiap sistem dalam suatu relasi dinamis dengan sistem-sistem lainnya. Teori sistem menjelaskan esensi dasar kehidupan. Teori sistem diadopsi dari biologi yang digagas oleh Ludwig von Bertalanffy pada 1940-1950. Bertalanffy mengatakan pentingnya saling keterhunungan antara semua elemen tubuh. Teori sistem menurut Heath (2009) berguna untuk memahami proses public relations, tetapi teori ini tidak fokus membahas pesan yang secara strategis dab etis diperlukan dalam proses penyesuaian dengan lingkungan, sehingga informasi dapat mengalir dan relasi terjadi dalam keseimbangan.
A.    Komunikasi sebagai perekat sistem
Sebagai suatu sistem, organisasi memiliki karakteristik yang dimiliki setiap sistem sosial, yaitu:
a. Keseluruhan dan saling bergantungan (Wholeness and Interdependence) àOrganisasi adalah satu kesatuan yang saling berhubungan dan ketergantungan. Jika salah satu sistem tidak berfungsi dengan baik maka sistem-sistem yang lain akan terganggu.
 b. Hierarki (Hierarchy)  Suatu Sistem terdiri suatu sistem yang lebih besar (sub sub sistem dan suprasistem). Dalam organisasi yaitu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem seperti: departemen public relations, marketing, keuangan, human resources. Masing masing departemen terdiri dari suprasistem seperti department public relations adalah supra dari eksternal relations, dan internal relations.
 c. Peraturan sendiri dan control (Self regulation and control) à Aktivitas sistem diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (sistem mengatur perilakunya dalam mencapai tujuan tersebut.) wujudnya berupa peraturan berupa SOP (standars operational procedures). Seperti contoh, departemen public relations mempunyai aturan mengenai membuat press release, membuat konferensi pers.
d. Pertukaran dengan lingkungan (Interchange with the environment) à sistem berinteraksi dengan lingkungan nya atau saling mempengaruhi satu sama lain. Adanya input dan output dari hasil interaksi komunikasi.
 e. Keseimbangan (balance) à keseimbangan akan dapat dicapai jika suatu system berfungsi dengan baik. Sistem yang berfungsi dengan baik disebut homeostatis atau ekuilibrum. Kondisi ekuilibrium bagi organisasi berart isetiap susbsistem (departemen dan staf) melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik untuk mendukung eksistensi organisasi secara keseluruhan.
 f. Perubahan dan kemampuan adaptasi (change and adaptability) à untuk mencapai keseimbangan, system harus memiliki kemampuan dalam menyesuakian sistem terhadap lingkungan. Seperti contoh, mampu menyesuaikan diri dengan perubahan perilaku konsumen, perubahan daya kritis konsumen.
g. Sama tujuan (Equifinality)  sistem memiliki tujuan yang sama dalam mewujudkan bentuk visi misi yang mengarahkan perilaku setiap anggota sistem. (Kriyantono, 2014)
B. Public relations sebagai subsistem dalam organisasi
                 Teori sistem sangat mewarnai proses public relations, definisi public relations sebagai “management of communication between an organization and its publics” yang didasarkan pendekataan teori sistem atas public relations yang dapat membantu manajemen dalam mengelola komunikasi untuk mendukung interaksi antara organisasi dan publiknya. Definisi ini berangkat dari asumsi organisasi adalah suatu sistem yang saling berhubungan dengan sistem lainnya diluar dirinya. Dalam definisi Grunig & Hunt tidak memfokuskan kepada jenis aktivitas yang dilakukan oleh public relations, efek dari aktivitas public relations misalnya PR harus mempunyai tanggung jawan etis dalam aktivitasnya.
C.      Peran public relations dalam menjalin hubungan
Menurut (Lattimore, dkk. (2007 dikutip di Kriyantono, 2014) terdapat dua peran yang dilakukan secara terus menerus oleh praktisi public relations untuk menjalin hubungan yang seimbang, yaitu:
1. Peran teknis: Hal-hal yang menyangkut pekerjaan teknis seperti menulis, press release, membuat newslatter, fotografi, produksi audiovisual, dan menggelar event.
2. Peran manajerial: Aktivitas yang berhubungan dengan identifikasi dan memecahkan suatu masalah.
BOUNDARY SPANNING
Aktivitas “boundary-spanning” merupakan ciri dan sifat organisasi yang menerapkan sistem terbuka. Sistem terbuka sendiri adalah sistem yang membuka diri untuk proses tukar-menukar informasi dan sumber daya dengan lingkungannya. Dalam sebuah organisasi boundary spanning merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan informasi tentang organisasi kepada publik. Muhammad (2005, h. 128) menjelaskan bahwa boundary spanning adalah “tingkatan dimana para anggota tim melakukan komunikasi dengan pihak luar tim”. Pada sebuah organisasi, “pihak luar tim” berarti publik di luar struktur organisasi. Kegiatan ini dilakukan agar tidak terjadi salah paham antara organisasi dengan publik mengenai isu-isu yang tengah beredar mengenai organisasi. Dalam pendekatan teori sistem, terjadinya beberapa kasus seperti contoh tersebut dapat disebabkan oleh :
ü  Tersumbatnya saluran komunikasi
ü  PR gagal memosisikan sebagai “dominant-coalition”
ü  Hubungan media yang kurang baik

Aktivitas public relations dalam penerapan fungsi boundary spanning menurut Kriyantono (2014) :
1. Menjelaskan informasi tentang organisasinya kepada publik (lingkungannya). Praktisi public relations harus menginterpretasi filosofi, kebijakan, program, dan apa yang dipikirkan manajemen agar dapat dimengerti oleh publiknya. Informasi ini merupakan input bagi publik. Selanjutnya, praktisi public relations menyeleksi, menerima, dan menyampaikan informasi dari publik kepada organisasi. Ini adalah umpan balik dan merupakan input bagi organisasi.
2. Memonitor lingkungan sehingga mengetahui apa yang terjadi dan menginterpretasi isu-isu yang potensial memengaruhi aktivitas organisasi dan membantu manajemen merespons isu-isu tersebut melalui aktivitas isu manajemen. Di sini praktisi public relations bertindak sebagai mitra manajemen untuk mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan yang mungkin muncul. 3. Membangun sistem komunikasi dua arah dengan publiknya agar organisasi dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Praktisi public relations merupakan seorang fasilitator komunikasi.
Boundary spanning merupakan ciri-cir dari sifat organisasi yang menerapkan sistem terbuka. Sistem terbuka yaitu sistem yang membuka untuk proses tukar-menukar informasi dan sumber daya dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat Heath (2005), setiap organisasi yang mempunyai sifat terbuka akan merasa sangat bergantung pada organisasi atau kelompok lainnya di lingkungannya. Mengacu pada pemikiran Bertalanffy bahwa setiap organisme selalu bersaing dengan lingkungan dan tidak dapat mengisolasi diri, maka sebenarnya tidak ada organisasi yang benar-benar bersistem tertutup. Berdasarkan teori sistem dapat dirumuskan suatu hipotesis bahwa jika lingkungan semakin mudah berubah-ubah dan tidak stabil. Maka organisasi perlu memberikan keluasan dan fleksibelitas kerja pada departemen public relations nya untuk beradaptasi.
RELATIONSHIP MANAGEMENT THEORY
Teori ini merupakan teori penting dari public relations, karena terkait dengan fungsi dasar public relations, yaitu aktivitas komunikasi yang menguhubungkan organisasi dan public (Kriyantono, 2014). Pada teori ini titik focus membahas proses memanajemen relasi antara organisasi dan publiknya, internal maupun eksternal, karenanya teori ini juga dikenal sebagai pusat atau inti public relations (Ledingham, 2005; Botan & Hazleton, 2006 dikutip di Kriyantono,2014).
Teori ini juga dikenal sebagai teori organization-public relationship (OPR), karena dalam praktik public relations , komunikasi ditunjukan untuk menjaga keuntungan yang bisa dirasajab para peserta komuunikasi, organisasi, dan public, yaitu ada suatu keseimbangan kepentingan antara keduanya. (Ledingham, 2003 & 2005; Phillips, 2006; Waters, 2008 dikutip di Kriyantono,2014). Terdapat beberapa definisi Teori Relationship Management menurut para ahli:
ü  John Ledingham (2005, dikutip di Kriyantono, 2014, h. 277) mendefinisikan OPR sebagai “situasi yang terjadi di antara organisasi dan publiknya yang di dalamnya tindakan kedua pihak dapat berdampak bagi kesejahteraan ekonomi, sosial, budaya atau politik dari masing-masing pihak.”
ü  Gregory (2005, dikutip di Phillips, 2003, h. 213 & Kriyantono, 2014) menyebutkan “upaya organisasi membangun relasi dengan publiknya untuk menciptakan relasi yang positif dalam dua arah (organisasi ke public dan public ke organisasi)
Secara singkat, teori ini membahas tentang upaya organisasi dalam membangun relasi yang baik kepada public nya. Karena, dalam aktivitas public relations relasi merupakan titik focus inti untuk mencapai hasil yang baik. Dalam melaksanakan proses management, menurut teori relationship management harus berdasarkan prinsip dasar berikut ini:
1.        Focus utama public relations yaitu membangun relasi.
2.       Relasi yang berhasil jika didasarkan upaya meraih keuntungan bagi kedua pihak, organisasi dan public.
3.        Organization-public relations bersifat dinamis sehingga sellau berubah setiap saat.
4.        Relasi didorong oleh kebutuhan dan keinginan dari organisasi dan public. Kualitas relasi tergantung pada persepsi terhadap tingkatan sejauh mana harapan dapat dipenuhi.
5.        Manajemen OPR yang efektif akan meningkatkan pemahaman dan keuntungan bagi organisasi dan publik.
6.        Keberhasilan opr diukur berdasarkan kualitas relasi, bukan produksi dan penyebaran pesan.
7.       Komunikasi yaitu alat strategi memanajemen relasi, tetapi komunikasi tidak dapat menjaga relasi jangka panjang tanpai diiringi perilaku organisasi.
8.        OPR dipengaruhi oleh sejarah relasi, sifat interaksi, frekuensi pertukaran, dan resiprositas (saling timbal balik).
9.       OPR dapat dikategorisasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu relasi personal (interaksi personal antara perwakilan organisasi dan anggota publik), relasi profesional (interaksi yang terjadi karena alasan-alasan keprofesionalan), relasi komunitas (relasi yang didasarkan persepsi bahwa organisasi mendukung kepentingan komunitas), baik bersifat simbolis (communication driven) maupun perilaku (program driven).
10.   Penciptaan relasi dapat terjadi dalam berbagai aspek kajian dan praktik public relations. (Ledingham, 2005, h. 742-743 dikutip di Kriyantono, 2014).

MATEMATICHAL OF INFORMATION
Informasi merupakan salah satu unsur dasar proses komunikasi. Tetapi pengertian informasi yang berlaku dimasyarakat sangat beragam. Dalam interaksi sosial masyarakat mendefinisikan arti informasi ke dalam dua kelompok, yaitu :
1.      Mendefinisikan informasi sebagai hasil proses komunikasi berupa faktaatau data. Dalam proses komunikasi, terjadi transfer pesan yang didalamnya terdapat perpindahan sejumlah fakta dan data yang dapat dipindahkan dari satu titik ke titik yang lain.
2.      Informasi diartikan sebagai makna data atau simbol atau pesan. Jika pada perngertian di atas informasi dianggap sebagai kumpulan fakta atau data, maka pada pengertian kedua ini informasi dianggap berbeda dengan data.
Salah satu model awal komunikasi dikemukakan Claude Shannon dan Warren Weaver pada 1949 dalam buku The Mathematical Theory of Communication. Model yang sering disebut model matematis atau model teori informasi itu mungkin adalah model yang pengaruhnya paling kuat atas model dan teori komunikasi lainnya (Mulyana,2003). Teori ini mengambarkan proses komunikasi antarmanusia sebagai proses transmisi yang linier antara komunikator kepada komunikan (Kriyantono, 2014). Di model ini, Shannon dan Weaver mengenalkan beberapa konsep yang saling berkaitan, yaitu konsep gangguan (noise), transmiter, sumber (source), signal, receiver, destination, entropi, dan informasi. (Kriyantonom 2014).
Menurut Severin & Tankard (2005, dalam Kriyantono, 2014), konsep informasi sangat terkait dengan konsep entropi yang ada dalam fisika. Sehingga informasi dalam teori informasi menurut Sendjaja(1998, dalam Kriyantono, 2014) dapat diartikan juga sebagai jumlah ketidakpastian yang dapat diukur dengan cara mereduksi sejumlah alternatif pilihan yang tersedia atau dengan mengurangkannya melalui pemakaian sejumlah alternatif pilihan yang tersedia.
Upaya public relations sebagai agen informasi juga perlu memperhatikan bagaiman menyediakan informasi yang berkualitas. Dari Penjelasan Sendjaja (1998, dalam kriyantono, 2014), dapat disimpulakan bahwa informasi yang berkualitas yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1.      Mampu mempenuhi aspek kebutuahan informasi dari publik.
Pada umumnya publik membutuhkan informasi untuk mengurangi ketidakpastian terhadap tiga hal yaitu :
(i)                 tidak pasti terhadap objek atau lingkungan tertetu.
(ii)                tidak pasti pada hubungan antara satu alternatif piihan dan alternatif lainnya
(iii)              ketidakpastian pada penilaian.
2.      Informasi berguna jika berguna (usefull), bernilai (valuable), faktual, dapat dipercaya (reliable), ketepatan (precision), dan kebenarannya (truth). Semakin tinggi tingkatan ciri-ciri di atas, suatu informasi semakin berkualitas.
Jika aliran informasi tidak terkontrol, banyak bermunculan beragam informasi dengan berbagai versi yang tidak jelas siapa sumbernya. Informasi saat berpindah dari satu orang ke orang berikutnya akan mengalami tranformasi (gangguan), baik penambahan atau pengurangan. Mengacu pada Kriyantono (2014, h. 138), Tranformasi informasi ini disebabkan  :
 (a) misalnya karena salah dengar;
 (b) perbedaan persepsi dalam memaknai informasi;
(c) adanya bias kepentingan.
UNCERTAINTY REDUCTION
Teori uncertainty reduction menyatakan bahwa hidup ini penuh keraguan yang membuat ketidakpastian, teori yang menciptakan Charles Berger dan Richard Calabrese pada 1975 ini menjelaskan bagaimana anda menggunakan komunikasi untuk mengurangi keragu-raguan, memahami orang lain dn diri anda sendiri. Teori ini menurut Knobloch (2009) termasuk pionir yang membahas komunikasi interpersonal, khususnya saat seseorang bertemu pertama kali dengan seseorang yang lain. Komunikasi merupakan alat untuk mengurangi ketidakpastian, setidaknya ada dua peran komunikasi, yaitu :
1.      Komunikasi digunakan untuk mendapatkan informasi tentang lawan bicara
2.      Komunikasi digunakan untuk membuat prediksi atau penjelasan tentang makna perilaku lawan bicara
Informasi dipahami sebagai sesuatu yang dapat mengurangi ketidakpastian akan situasi tertentu. Informasi dibutuhkan untuk beradaptasi, mengimbangi perilaku orang lain, dan agar tidak ada salah ucap maupun salah perilaku yang dapat mengganggu interaksi (Kriyantono, 2014). Berger menyampaikan beberapa cara yang dapat manusia lakukan untuk mendapatkan informasi. Strategi pasif yang berupa pengamatan, strategi aktif yang mengharuskan pengamat melakukan sesuatu untuk mendapat informasi, serta strategi interaktif yang bergantung pada komunikasi dengan orang lain (Littlejohn & Foss, 2014). Lebih jelasnya, strategi pasif (social comparison) terjadi saat manusia hanya mengamati perilaku orang lain dalam beberapa situasi. Strategi aktif (seeking information) terjadi saat manusia secara aktif mencari informasi, seperti dengan cara bertanya kepada orang lain. Strategi interaktif (verbal interrogative) terjadi saat manusia secara langsung bertanya dengan orang yang menjadi target komunikan (Berger 1979, dikutip di Flanagin, 2007; Hammer, dkk., 1998 dalam Kriyantono, 2014).
Saat manusia mengalami ketidakpastian, manusia akan termotivasi untuk mencari informasi untuk mengurangi ketidakpastian tersebut. Berger (1979, dikutip di Hammer, Wiseman, Rasmussen, & Bruschke, 1998: 310; Knobloch, 2009: 997 dalam Kriyantono, 2014) mengemukakan beberapa kondisi yang membuat manusia melakukan hal tersebut:
1.      Anticipation of future interaction
Manusia yang merasa akan sering berinteraksi dengan seseorang, akan berusaha mencari informasi tentang orang tersebut agar setiap kali berinteraksi ia tidak merasa asing.
Contoh: Seorang mahasiswa baru masuk ke kelas pertamanya dan berkenalan dengan mahasiswa yang duduk di sebelahnya karena akan menjadi teman sekelas selama satu semester ke depan.
2.      Incentive value
Manusia termotivasi untuk mencari informasi apabila ia merasa berkomunikasi dengan orang tertentu menghasilkan keuntungan baginya.
Contoh: Seorang mahasiswa berkomunikasi dengan dosen pembimbing akademiknya.
3.      Deviant behavior
Manusia mencari informasi mengenai seseorang yang dirasa memiliki perilaku yang tidak lazim atau tidak normal menurutnya. Apabila bertemu atau berinteraksi dengan orang yang dianggap aneh, manusia cenderung mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk memahami perilaku tersebut


Teori Pengurangan Ketidakpastian dalam Praktik Public Relations
Seorang praktisi public relations memiliki kewajiban untuk menjalin hubungan yang baik antara organisasi dan publiknya. Hubungan baik tersebut dapat menggiring pada citra positif dan menciptakan reputasi positif terhadap organisasi di mata publik. Untuk mencapainya, publik harus dalam kondisi kecukupan informasi (well-informed) tentang organisasi. Artinya, tidak ada kesenjangan informasi antara organisasi dan publiknya, dan sebaliknya. Informasi dibutuhkan untuk mengurangi kesalahpahaman dan mencegah salah persepsi. Kesalahpahaman akibat salah persepsi atau kekurangan informasi merupakan kesalahan mendasar dalam kegiatan komunikasi (primary-breakdown of communication) (Kriyantono, 2014).
EXCELLENCE THEORY IN PUBLIC RELATIONS
Model ini diperkenalkan oleh James Grunig dan Hunt dalam buku Managing Public Relations (1984), keduanya mengidentifikasi empat model yang diterapkan praktisi public relations dalam menjalin hubungan dengan publik. Model dari Grunig dan Hunt juga dapat disebut sebagai tipe proses kegiatan public relations. Deetz menjelaskan bahwa suatu teori adalah cara melihat dan berpikir tentang dunia (Litlejohn & Foss, 2008:15, dikutip dalam Kriyantono, 2014). Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa sebuah teori diciptakan berdasarkan realitas, sehingga realitas tersebut dapat dijelaskan dan dapat diperkirakan dampak yang akan ditimbulkannya. Menurut Grunig & Hunt (1984, h. 25; dikutip di Kriyantono, 2014, h. 90-98) teori Excellence dalam public relations merupakan pengembangan dari tori situasional of the public dan 4 model public relations, model-model tersebut diantaranya:
1.      Model Press Agentry / Publisitas
Model ini mempunyai komunikasi satu arah yaitu Komunikator kepada Komunikan. Komunikator tidak terlalu mengharapkan umpan balik yang datang. Model ini bertujuan dalam melakukan suatu ajakan atau promosi yang menguntungkanperusahaan atau instansi. Ciri  dari model ini adalah mencari cara agar khalayak atau publik lebih tertarik dengan informasi-informasi yang diberikan oleh perusahaan yang bersangkutan.
2.      Model Public Information
Dalam model ini public relations membangun kepercayaan publik melalui komunikasi satu arah dengan memberikan informasi kepada public, tetapi todak mementingkan persuasive untuk mengubah sikap tetapi cenderung memproduksi dan menyebarkan informasi yang berkaitan dengan organisasinya.
3.      Model Two-Way Asymmetric
Public Relations dalam praktiknya melalui penyampaian pesannya berdasarkan hasil riset dan strategi ilmiah (scientific strategy) untuk berupaya membujuk publik, agar mau bekerja sama, bersikap dan berpikir sesuai dengan harapan organisasi. Agar persuasi tersebut berjalan dengan baik diperlukan pemahaman terhadap sikap dan karakteristik publik.
4.      Model Two-Way Symmetric
Model Simetris Dua Arah,merupakan cara ampuh dalam meningkatkan citra positif perusahaan terhadap publik. Model ini berbeda dengan model asimetris yang lebih pada masyarakat menyesuaikan diri pada perusahaan namun di model ini organisasi dan publik saling menyesuaikan diri satu sama lain. Fokus menggunakan metode penelitian dan teknik komunikasi untuk mengelola konfik dan memperbaiki  pemahaman publik secara terencana (Grunig 1992, h.18).
STAKEHOLDER THEORY
Teori stkeholder memberikan pengetahuan teoritis dasar bagi praktisi public relations untuk memahami bagaimana individu, kelompok, dan organisasi eksternal memengaruhi aktivitas organisasi tempat dia bekerja. Teori ini dikembangkan oleh Edwrd Freeman pada 1984, yang dimaksudkan menawarkan pendekatan pragmatis untuk mendorong organisasi memahami stakeholder-nya agar dapat mencapai kondisi terbaik-Freeman menyebut kondisi terbaik ini sebagai “superior performance”. Freeman berpendapat bahwa tanggung jawab sosial organisasi terkait dengan stakeholder. Hanya dengan melaksanakan tanggungjawab sosialnya, organisasi tersebut dimungkinkan memperoleh keuntungan (Freeman, 1984).



SITUASIONAL THEORY OF THE PUBLICS
Teori ini menjelaskan tentang bagaimana dan kapan seseorang memiliki ekspektasi (harapan) yang kuat untuk terlibat dalam kelompok isu-isu organisasi (Grunig & Hunt). Teori ini dapat digunakan praktisi public relations untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan publik berdasarkan persepsi, sikap, dab perilaku publik terhadap organisasi, baik terhadap programnya, produk, maupun ketika terjadi situasi krisis. Secara umum teori ini menyatakan bahwa publik memiliki pengetahuan (knowledge) atau kesadaran (awareness) , sikap, dan perilaku tertentu terhadap organisasi (Kriyantono, 2014, h.152).
A.    Menurut Grunig (1979:741), teori situasional of the publics (STP) mempunyai beberapa asumsi dasar, yaitu :
Ø  Persepsi seseorang pada suatu situasi akan menentukan kapan dia merespons, mengapa dia merespons, bagaimana cara dia merespons dan mengkomunikasikan situasi tersebut.
Ø  Individu yang berbeda diasumsikan mempunyai perilaku yang lebih konsisten
Ø  Setiap individu akan berusaha beradaptasi dengan suatu situasi dalam cara tertentu
Ø  Publik yang bersifat situasional tergantung pada situasi yang dihadapi. Untuk isu tertentu seseorang secara aktif mencari informasi tetapi untuk isu yang lain dia memilih pasif, hal ini tergantung pada seberapa besar isu mempengaruhi kepentingannya.
Ø  Karena bersifat situasional, masalah atau isu bersifat dinamis, maka publik pun bersifat dinamis.
Menurut Grunig dan Hunt berteori bahwa publik meliputi mereka yang secara aktif mencari dan memproses informasi tentang organisasi atau satu isu yang menarik. Ada tiga variabel yang sangat berpengaruh ketika publik menerima dan memproses informasi yang terkait sebuah isu, yaitu :
1.      Pengenalan Masalah  : Dimana publik berhadapan dengan sebuah isu, pertama kali harus menyadari dan mengenali potensi dampaknya terhadap mereka, contonya orang tua yang memiliki anak usia sekolah akan lebih memperhatikan isu terkait fasilitas sekolah yang kurang baik ketimbang isu regulasi untuk pembayar pajak yang tidak memiliki anak
2.      Pengenalan Kendala : Variabel ini menjelaskan bagaimana publik mempersepsi kendala yang mungkin mereka temui saat mencari solusi terhadap sebuah masalah. Jika mereka yakin bahwa mereka memiliki kemampuan dalam mempengaruhi sebuah isu, maka mereka cenderung akan mencari dan memproses isu tersebut.
3.      Tingkat Keterlibatan  : Variabel ini mengacu pada seberapa jauh seseorang individu peduli dengan sebuah isu. Mereka yang sangat peduli mungkin akan menjadi komunikator aktif terkait isu tersebut. Sebaliknya, mereka yang tidak terlalu peduli mungkin akan pasif dalam mencari dan memproses informasi.
A.    Tipe-tipe Publik
Grunig mengartikan “publik” sebagai kelompok khusus yang anggota-anggotanya mempunyai alasan yang sama untuk tertarik dalam aktivitas dan perilaku organisasi. Publik lahir ketika organisasi membuat keputusan yang mempunyai konsekuensi bagi orang-orang yang ada di dalam maupun di luar organisasi yang tidak terlibat dalam pembuatan keputusan itu. Disisi lain “stakeholder” diartikan sebagai ketegori umum untuk orang-orang yang langsung terpengaruh oleh konsekuensi aktual atau potensial dari suatu strategi atau keputusan organisasi. Stakeholder secara umum yaitu fokus dari program-program public relations seperti employee relations, community relations, consumer relations atau goverment relations. Grunig membangun teori ini berdasarkan ide dari Dewey tentang evolusi perkembangan publik. Menurut Dewey, publik mengalami perkembangan berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek muncul masalah, aspek kesadaran akan masalah, dan aspek bentuk-bentuk respons terhadap masalah itu. Ada tiga macam tipe publik (Grunig, 1979) :
a.      Publik tersembunyi (latent public) adalah sekelompok orang yang sebenarnya mempunyai permasalahan yang sama, tetapi tidak dapat mengidentifikasi atau menyadari permasalahan itu sehingga mereka tidak memberikan respons.
b.      Publik teridentifikasi (aware public) adalah bentuk perkembangan  dari latent public, yaitu jika kelompok itu kemudian menyadari dan dapat mengidentifikasi suatu permasalahan (isu) maka kelompok itu berkembang menjadi “aware public”. Pada tahap ini “kecenderungan untuk komplain, protes, atau mendukung sudah mulai mucul” (Mackey, 2009:55)
c.       Publik aktif (active public) adalah sekelompok orang yang mendiskusikan dan merespons permasalahan itu dengan mengeluarkan opini atau melakukan aksi-aksi tertentu. Menurut Mackey (2009:55) teori ini juga “mengidentifikasi seseorang, disebut bukan publik organisasi (nonpublik) jika dia merasa tidak khawatir dengan aktivitas organisasi”.

Situasional Theory Of The Public Dalam Praktik dan Penelitian Public Relations

Teori ini membantu praktisi public relations untuk menjelaskan mengapa ada publik yang bersifat terhadap satu isu, publik yang bersifat aktif terhadap beberapa isu, dan ada yang bersifat tidak mau tahu. Praktisi public relations dapat merencanakan strategi komunikasinya lebih akurat dan efektis jika mengetahui seberapa aktif publik dalam mencari informasi (Lattimore, dkk., 2007). Teori STP dapat dijadikan acuan bagi praktisi public relations untuk bersikap lebih etis dalam kampanyenya. Karena teori ini membagi publik ke dalam beberapa kategori, sehingga kampanye public relations diharapkan dapat memengaruhi mereka menjadi aktif.

Variabel Perilaku Komunikasi dan Persepsi Situasional

1.      Variabel Independen : Persepsi Situasional
Variabel ini menjelaskan satu atau lebih variabel dependen (perilaku konsumen). Dengan kata lain variabel persepsi situasional dapat digunakan untuk menjelaskan (1) kemungkinan perilaku komunikasi yang akan terjadi ; (2) di suatu yang mana pemmrosesan informasi akan terjadi dan di situasi mana pencarian terjadi ; (3) mengidentifikasi publik dan (4) mendeskripsikan perilaku komunikasi dari publik yang sudah diidentifikasi
2.      Dependen : Perilaku Komunikasi
Teori STP mendefinisikan perilaku komunikasi sebagai “bagaimana angota publik mempersepsi situasi dimana mereka dipengaruhi oleh konsekuensi” (Grunig & Hunt, 1984:148). Dalam menghadapi situasi atau permasalahan tertentu, biasanya seorang individu cenderung mencari informasi yang dapat digunakan atau sesuai dengan situasi atau permasalahan tersebut.

MOTIVASION & STYLE OF MANAGEMENT, STRUCTURATION

Teori Strukturasi ini digagas oleh Anthony Giddens pada 1984 (Falkheimer, 2007) dan dibangun berdasarkan teori interaksi sosial. Giddens membangun teori ini berdasarkan pandangannya bahwa individu mempunyai kemampuan mengubah struktur sosial. Menurut giddens, individu bebas dalam memilih perilaku komunikasinya sehingga memengaruhi terciptanya struktur tertentu.
Struktur dalam sistem sosial seperti norma-norma kelompok, jaringan komunikasi institusi sosial, ataupun aturan pergaulan memengaruhi perilaku individu dan perilaku indivdu juga memengaruhi struktur-struktur itu,misalnya dengan membuat aturan baru. Prosses memproduksi dan mereproduksi struktur disebut strukturasi. Dengan demikian komunikasi dalam suatu sistem sosial merupakan hasil produksi perilaku komunikasi individu dan struktur sosial perilaku sosial. Komunikasi dalam suatu sistem sosial juga terbentuk dari hasil perpaduan perilaku komunikasi individu dan struktur sosial. Perilaku sosial termasuk perilaku komunikasi sosial, terbangun dari hasil strukturasi, yaitu proses memproduks dan mereproduksi struktur yang dilakukan melalui interaksi sosial.
Funsgsi struktur bagi suatu organisasi (Daiton & Zelley, 2015 : 182 dalam Kriyantono, 2014 : 236) :
·         Struktur menyediakan berbagai sarana koordinasi dan kontrol.
·         Struktur membantu anggota organisasi mendefinisikan identitas mereka di dalam organisasi.
·         Struktur menyediakan sarana untuk memonitor prestasi kerja.
·         Struktur membantu organisasi berhubungan dengan lingkungannya

Asumsi Teori Strukturasi
Berdasarkan pendapat Giddens (1979), terdapat beberapa asumsi pokok teori strukturasi :
1.      Pertama, manusia adalah actor (agen) yang menentukan pilihan sendiri atas perilakunya. Menurut Poole & McPhee (2005), manusia sebagai agency ini mempunyai tiga karakteristik, yaitu :
(i)     Mempunyai kemampuan memaknai lingkungan kerjanya kondusif atau penuh konflik.
(ii)   Mempunyai pengetahuan yang berasal dari pengalaman hidupnya
(iii) Manusia mempunyai kemampuan melakukan refleksi diri
2.      Kedua, organisasi diproduksi dan direproduksi melalui struktur- yaitu penggunaan aturan dan sumber daya dalam interaksi sosial.
3.      Ketiga, struktur bukanlah entitas fisik, melainkan merupakan seperangkat peraturan dan sumber daya yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuannya. Peraturan (rule) yaitu seperangkat aturan yang mengatur langkah-langkah mencapai tujuan yang mesti dilakukan suatu organisasi. Sumber daya merujuk pada berbagai property atau peralatan yang digunakan anggota organisasi untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Ada dua jenis sumber daya, yaitu :
(i)     Authoritative: karakteristik interpersonal dari anggota organisasi, seperti kohesi sosial, pengalaman, status sosial yang digunakan selama interaksi.
(ii)   Alloctive (material-material yang membantu pekerjaan, seperti waktu, uang, computer, mesin fotokopi, kertas, dan mesin print).
4.      Keempat, karena struktur bersifat dinamis, maka struktur dalam organisasi bukan hanya dibentuk pada awalnya saja, melainkan juga mengalami proses pembentukan kembali.
5.      Kelima, struktur sering dipinjam dari kelompok yang lebih besar
6.      Keenam, teori strukturasi mengasumsikan bahwa semua interaksi sosial memuat tiga elemen : pemaknaan, moralitas, dan kekuasaan.
7.      Ketujuh, komunikasi berperan sebagai media interaksi dan juga merupakan hasil interaksi.
Strukturasi dalam Praktik Public relations
Peran praktisi public relations yaitu mengkomodasi dan mengarahkan proses strukturasi agar tidak melenceng dari tujuan organisasi. Teori strukturasi memandang praktisi public relations sebagai kekuatan komunikasi yang melayani terjadinya reproduksi dan/atau transformasi suatu ideology dominan dari suatu organisasi. Jadi, public relations bukan hanya bertugas mengadaptasikan ideology itu kepada publiknya (Falkheimer, 2007).
Funsgsi struktur bagi suatu organisasi (Daiton & Zelley, 2015 : 182 dalam Kriyantono, 2014 : 236)
·         Struktur menyediakan berbagai sarana koordinasi dan kontrol.
·         Struktur membantu anggota organisasi mendefinisikan identitas mereka di dalam organisasi.
·         Struktur menyediakan sarana untuk memonitor prestasi kerja.
·         Struktur membantu organisasi berhubungan dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat Giddens (1979), terdapat beberapa asumsi pokok teori strukturasi :
1.      Pertama, manusia adalah actor (agen) yang menentukan pilihan sendiri atas perilakunya. Menurut Poole & McPhee (2005), manusia sebagai agency ini mempunyai tiga karakteristik, yaitu :
a.       Mempunyai kemampuan memaknai lingkungan kerjanya kondusif atau penuh konflik.
b.      Mempunyai pengetahuan yang berasal dari pengalaman hidupnya
c.       Manusia mempunyai kemampuan melakukan refleksi diri
2.      Kedua, organisasi diproduksi dan direproduksi melalui struktur- yaitu penggunaan aturan dan sumber daya dalam interaksi sosial.
3.      Ketiga, struktur bukanlah entitas fisik, melainkan merupakan seperangkat peraturan dan sumber daya yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuannya. Peraturan (rule) yaitu seperangkat aturan yang mengatur langkah-langkah mencapai tujuan yang mesti dilakukan suatu organisasi. Sumber daya merujuk pada berbagai property atau peralatan yang digunakan anggota organisasi untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Ada dua jenis sumber daya, yaitu :
a.       Authoritative: karakteristik interpersonal dari anggota organisasi, seperti kohesi sosial, pengalaman, status sosial yang digunakan selama interaksi.
b.      Alloctive (material-material yang membantu pekerjaan, seperti waktu, uang, computer, mesin fotokopi, kertas, dan mesin print).
4.      Keempat, karena struktur bersifat dinamis, maka struktur dalam organisasi bukan hanya dibentuk pada awalnya saja, melainkan juga mengalami proses pembentukan kembali.
5.      Kelima, struktur sering dipinjam dari kelompok yang lebih besar
6.      Keenam, teori strukturasi mengasumsikan bahwa semua interaksi sosial memuat tiga elemen : pemaknaan, moralitas, dan kekuasaan.
7.      Ketujuh, komunikasi berperan sebagai media interaksi dan juga merupakan hasil interaksi.
Menurut teori strukturasi, organisasi, struktur dan agency hidup dalam konteks ruang dan waktu. Ruang dan waktu merupakan kondisi dasar bagi sistem sosial dan perilaku sosial. Struktur organisasi diproduksi, direproduksi, atau ditransformasi melalui proses repetisi oleh perilaku individu dalam interaksi sosialnya. Kesimpulannya, struktur organisasi dibuat oleh anggota organisasi dan ditempatkan serta diubah sesuai konteks ruang dan waktu. “Struktur organisasi adalah media bagi agency  sekaligus hasil dari interaksi agency” (Falkheimer, 2007 : 288 dalam Kriyanton, 2014 : 240). Peran praktisi public relations yaitu menjadi mediator menghubungkan antara struktur di satu sisi dan agency di sisi lainnya, sehingga dualitas struktur bisa berjalan harmoni.
Teori Motivasi dan Gaya Manajerial
Teori motivasi yang menentukan gaya manajerial seorang manajerial ini dikenalkan oleh Douglas McGregor pada tahun 1967.
Menurut Quaal & Brown (dalam Kriyantono, 2014: 244) teori X dideskripsikan sebagai upaya untuk mengelola orang dengan memotivasi mereka sejak awal dengan kekuatan fisik dan kekuasaan. Asumsi pada teori X bahwa setiap individu pada hakekatnya tidak menyukai bekerja, tidak memiliki kemauan, hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan rasa aman saja, serta harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi.
Teori yang dikembangkan dari pandangan McGregor oleh Ward L. Quaal dan James A. Brown pada 1976 memandang proses manajerial sebagai proses relasi dua arah. Quaal & Brown (dalam Kriyantono, 2014: 246) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan hubungan antarpersonal yang mengandung makna ada interelasi yang dinamis dari orang-orang yang terlibat dalam proses pemberian dan pengaktualisasian perintah dan arahan.
V = (M à D) (a à m)
·         Teori Kesehatan-Motivator
Dikemukakan oleh Frederick Herzberg pada 1959. Pada teori ini, terdapat dua factor kepuasan dan ketidakpuasan kerja, yaitu motivator (penghargaan, tanggung jawab, kemajuan pekerjaan, prestasi kerja, peluang pengembangan diri, dsb) dan pemeliharaan atau kesehatan (gaji, supervisi, keamanan kerja, kondisi lingkungan kerja, administrasi, hubungan dengan rekan kerja, dsb).

·         Empat Gaya Manajerial dari Likert
Teori ini digagas oleh Rensis Likert pada 1967. Teori ini menjelaskan empat gaya atau sistem manajerial yang berdasarkan pada suatu analisis atas beberapa variable manajerial, yaitu motivasi, komunikasi, interaksi, pengambilan keputusan, pengawasan, level tanggung jawab, dan kinerja (Dainton & Zelley, 2005; Pace & Faules, 2001 dalam Kriyantono, 2014: 247).

Aplikasi Teori Motivasi dalam Praktik Public relations
Sangat penting bagi praktisi public relations untuk memahami motivasi karyawan. Maka, tugas public relations antara lain (Kriyantono, 2014: 250-251):
ü  Pertama, memahami apakah kebutuhan itu telah terpenuhi atau belum dan juga kendala dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Public relations dapat menggunakan saluran informal yakni managing by walking around (komunikasi antarpersonal dengan secara berkala mengajak ngobrol karyawan dan mengunjungi karyawan didepartemennya masing-masing).
ü  Kedua, public relations menyampaikan kebutuhan karyawan itu kepada manajemen karena public relations dapat berfungsi sebagai konsultan (expert prescriber), yang bertugas memberikan ide-ide dan masukan-masukan kepada manajemen tentang cara meningkatkan motivasi karyawan.




Daftar Pustaka
Kriyantono, R. (2014). Teori public relations, perspektif barat dan lokal . Jakarta: Prenadamedia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar