Selasa, 11 April 2017

Review Jurnal

Nama   : Inas Maulana Cahya Werdhi
NIM    : 155120207111015
Kelas   : A.KOM 4
                                                                                    Review

Berikut adalah resume jurnal mengenai Developing A Culturally – Relevant  Public Relations Theory For Indonesia oleh Rachmat Kriyantono Universitas Brawijaya.

Developing A Culturally – Relevant  Public Relations Theory For Indonesia
RACHMAT KRIYANTONO
Universitas Brawijaya

Public relations sudah didominasi oleh persepktif barat, di Indonesia kebutuhan untuk mempelajari  ilmu komunikasi baru saja muncul baru-baru ini. Menurut Edward Benays dan Edward Robinson ilmu perilaku sosial harus diterapkan untuk mengintegrasikan unsur-unsur teoritis dan praktis. Untuk public relations sendiri baru berkembang pesat seperti sekarang ditandai dengan sedikitnya teoritis dan praktis.
Dominasi Western Perspektif
Di Amerika Serikat dan Eropa Barat menganggap bahwa studi komunikasi sudah diterapkan dan berkembang, pertumbuhan ini sesuai dengan pengetahuan mengenai fokus bangunan teori yang telah terbatas. Menurut penelitian Dissanayake (1988) di negara Asia Tenggara mengungkapkan bahwa 71% bahan yang sudah digunakan dlam kursus pengajaran teori komunikasi adalah negara Amerika. Dissanayaake (1988) telah menemukan presentase yang jauh lebih tinggi yaitu 78%, selain itu tidak ada ilmuan Asia yang berada di daftar ketika Rogers (1997) menuliskan sejarah mengenai studi komunikasi, karena semua ilmuan berasal dari Amerika Serikat dan Eropa.
Ayish (2003), Dissanayake (2003). Gunaratne (2009), Raharjo (2013) telah mengemukakan bahwa beberapa negara yang ada di Asia telah menciptakan teori mengenai komunikasi dari perspektif mereka sendiri, contohnya saja teori Cina komunikasi, teori India, teori harmony chinese, teori Konghucu, teori kuuki Jepang dan teori komunikasi Tao. Teori yang dicetuskanoleh negara Asia berdasarkan Robert ada tujuh tadisi teori komunikasi medan, contohnya saja retorika dan semotika, filsafat budha dan filsafat Tao pada tradisi sosial budaya. Teori Asia telah menggabungkan filosofi besar yang berasal dari India dan China (Gunaratne, 2009) negara tersebut termasuk Timur Tengah Asia, Asia Tengah, Asia Tenggara dan Rusia Timur. Indonesia adalah termasuk nagara Asia namun tidak ada teori tunggal yang muncul dari perspektif Indonesia sendiri. Walaupun teori public relations masih masuk pada norma-norma yang universal, mereka masik menyesuaikan pada koonteks budaya dan keadaan dari asal darimana mereka. (Kriyantono, 2015)
Indonesia mempunyai karakteristik tersendiri, dan memiliki banyak suku, dua contoh kearifan lokal Indonesia, pertama Indonesia menakankan harmoni dalam makrokosmos (panggilan Indonesia jagad gedhe) dan mikrokosmos (jagad cilik) untuk menempatkan iman dalam mengikuti dalam kebenaran. Agama adalah saluran untuk mencapai keharmonisan, yaitu agama ageming aji (agama adalah saluran untuk mencapai kebahagiaan sejati).
Para peneliti Indonesia sering menggunakan lensa tunggal untuk mempelajarifenomena hubungan masyarakat bahkan dalam konteks Indonesia. Pada dominasi perspektif barat disebabkan oleh lima faktor, pertama keterlambatan pendidikan pribumi Indonesia karena penjajahan selama berabad-abad sekitar 350 tahun dan sudah memebrikan pengaruh kolonisasi yang mendalam. Kolonisasi telah mempengaruhi pola pikir dengan memberlakukan kerangka barat pada mereka terjadi. (Achmad, 2012)
Kearifan lokal yang sudah menjadi tradisi untuk membimbing kehidupan masyarakat karena sudah dibangun dari integrasi dari nilai-nilai budaya masyarakat. Contohnya saja yang sudah ada Minangkabau, etnis, kearifanlokal lain Indonesia yang menunjukkan bahwa laki-laki harus berjalan untuk mencapai keberhasilannya. Perilaku ini didorong oleh budaya matrilineal dan sistem kepercayaan tentang melakukan hal-hal baik yang berarti bagi masyarakat seseorang. Sistem kepercayaan diwakili oleh pepatah Iduik bajaso, mati bapusako (artinya: hidup untuk rendering layanan, mati untuk memiliki pusaka.
Metode
 Teori tentang memproduksi sebuah teori public relations budaya yang relevan untuk Indonesia. Telah dieksplorasi peribahasa beberapa Indonesia yang mewakili kearifan lokal Indonesia. Para penulis mencari persamaan dan perbedaan antara perspektif Barat dan Indonesia. Dengan kata lain, penulis mengintegrasikan teori Barat Indonesia- dengan tujuan untuk mengeksplorasi praktik public relations.


Hasil dan pembahasan
            Proses pengambilan keputusan ini harus menghindari voting dengan melakukan musyawarah mufakat yang terdiri dari beberapa prinsip, yaitu :
1.      Wani ngalah, luhur wekasane (untuk memberi jalan kadang-kadang lebih baik untuk kepentingan banyak orang). Model dua arah sama mengusulkan bahwa PR tidak harus fokus hanya pada pemenuhan tujuannya tetapi harus memberikan kesempatan untuk mendengar suara-suara orang lain.
2.      Organisasi dalam konteks Indonesia harus siap menghadapi resiko buruk ketika akar masalah bisa dihilangkan. Oleh karena itu, sebelum pengambilan keputusan, organisasi harus memberikan informasi rinci dalam rangka untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif
Strategi komunikasi yang berhubugan dengan masyarkat dari perspektif Indonesia yang dilakukan dengan menerapkan pepatah dari silih asah, silih asih, silih asuh. Jadi umumnya strategi menempatkan organisasi sebagai stimulator harmonis. Kegiatan public relations harus diarahkan untuk membangun pengetahuan, sikap yang menguntungkan. Asah silih berarti bahwa pihak berbagi informasi dan mengajarkan pengetahuan. Dari perspektif Barat ini bisa dipandang sebagai memastikan bahwa masyarakat harus diberitahu, kebalikan dari masyarakat harus terkutuk (Grunig & Hunt, 1984). Komunikasi egaliter akan merangsang musyawarah mufakat (tahan dialog untuk mencapai kesepakatan bersama), kerjasama, dan keadilan. Menurut Indonesia, keadilan berarti ajak mapoloi olona tauwe (tidak mengambil cara yang benar lain), bila diterapkan hubungan masyarakat berarti bahwa kegiatan organisasi tidak harus menyebabkan penderitaan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan. Dalam konteks Asia di mana aspek nonverbal yang penting, prinsip komunikasi egalitarian harus didasarkan pada Indonesian prinsip unggah-ungguhing boso, kasar alusing rasa (perasaan hormat satu sama lain).
PR dari suatu organisasi adalah presentasi hidup dari karyawan dalam kegiatan sehari-hari termasuk cara berpakaian, berperilaku dengan integritas dan mengadopsi etos kerja. Dengan demikian fungsi penting humas adalah untuk mempertahankan moralitas yang baik dan sopan santun dalam sebuah organisasi. Sebagai fasilitator komunikasi, penting bahwa PR dianggap sebagai terlibat dalam interaksi sehari-hari antara karyawan untuk berbicara dan mendengar keluhan dan pendapat. Diharapkan kegiatan ini dapat membuka dua arah komunikasi internal yang mampu memberikan informasi tentang interaksi karyawan dengan publik. Interaksi karyawan dengan publik didasarkan pada konsep blusukan, yaitu komunikasi tatap muka langsung dengan masyarakat. Dengan melakukan blusukan, public relations mampu menghasilkan tular gethok (komunikasi word of mouth) secara langsung untuk menyebarkan informasi dari manajemen untuk meminimalkan kesalahan persepsi. Secara internal, public relations baik ditempatkan untuk menghentikan rumor yang tidak akurat yang menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut dalam sebuah organisasi.


Perspektif lokal terhadap dua propopositions dasar public relations
1.      PR sebagai fungsi manajemen
2.      PR bertanggung jawab untuk mengelola hubungan antara organisasi dan publik
Hal ini dianggap sebagai paradigma ekologi karena proposisi-proposisi ini membutuhkan adaptasi, seleksi dan penyesuaian. (Cutlip, Center, & Broom, 2006; Everett, 2009).
Hal ini dikenal sebagai paradigma ekologi karena proposisi-proposisi ini membutuhkan adaptasi, seleksi, dan penyesuaian (Cutlip, Center, & Broom, 2006; Everett, 2009). Cutlip (1952, dikutip dalam Cutlip et al, 2006;. Everett, 2009; Greenwood, 2010) telah menggunakan konsep ekologi ketika ia didefinisikan public relations sebagai saling ketergantungan (menyesuaikan & beradaptasi) antara organisasi dan lingkungannya. Adaptasi dan penyesuaian, umumnya, adalah pemikiran dasar dari masyarakat Indonesia yang diinternalisasikan sebagai karakter filosofis masyarakat. Adaptasi dan penyesuaian, umumnya, adalah pemikiran dasar dari masyarakat Indonesia yang diinternalisasikan sebagai karakter filosofis masyarakat

Kesimpulan
Telah terbukti bahwa public relations dalam konteks Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan kearifan lokal, Jadi tidak perlu mengadopsi seluruh prinsip-prinsip Barat ke dalam teori atau praktek. Oleh karena itu makalah ini memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dari Timur, khususnya teori Indonesia humas. Dengan cara ini, budaya dan tradisi, dan norma-norma moral suatu negara dapat dipertahankan meskipun negara itu dapat mengalami transformasi cepat menuju perekonomian yang lebih Barat dan gaya hidup. Dengan membatasi proses hegemoni teori dan praktik Barat, tatanan global yang lebih beragam dan hormat dimungkinkan.


Daftar Pustaka

Kriyantono, R., Mckenna, B.(2017). “Developing a culturally – relevant  public relations theory for Indonesia”. Malaysian Journal of Communication. 33(1).1-16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar